Senin, 24 Maret 2014

KOMUNITAS


DAFTAR ISI
BAB  I :
PENDAHULUAN-----------------------------------------------------------------------------
1.1  Latar Belakang ----------------------------------------------------------------------------
1.2  Rumusan Masalah-------------------------------------------------------------------------
1.3 Tujuan--------------------------------------------------------------------------------------
BAB II :
 ISI---------------------------------------------------------------------------------------------
2.1. PengertianBayi BeratLahirRendah---------------------------------------------------
2.2. EtiologiBayiBeratLahirRendah---------------------------------------------------
2.4.PredisposisiBayiBeratLahirRendah----------------------------------------------
2.5. PatofisiologiBayiBeratLahirRendah---------------------------------------------
2.6.DiagnosadangejalaklinikBayiBeratLahirRendah------------------------------
2.7. PermasalahanBayiBeratLahirRendah-------------------------------------------
2.8. PenangananBayiBeratLahirRendah---------------------------------------------
2.9.PrognosisBayiBeratLahirRendah-------------------------------------------------
BAB III :
 PENUTUP ---------------------------------------------------------------------------------
3.1.  Kesimpulan---------------------------------------------------------------------------
3.2.  Saran-----------------------------------------------------------------------------------
DaftarPustaka     


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
BBLR adalah bayi lahir hidup dengan BB < 2500 gr saat lahir. WHO (1961) mengganti istilah bayi premature dengan BBLR, karena disadari tidak semua bayi dengan BB < 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi prematur.
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal dan neonatal, karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan BB rendah. Frekuensi BBLR di negara maju berkisar antara 10–49%.
Anak – anak yang pada saat lahir merupakan BBLR lebih sering mengalami masalah utama seperti cerebral palsi, retradasi mental, ketidakmampuan sensori dan kognitif, serta penurunan kemampuan untuk berhasil mengembangkan adaptasi social, psikologi dan fisik terhadap lingkungan yang semakin kompleks. Maka dari itu dibutuhkan asuhan kebidanan BBLR yang sesuai dengan standart profesi kebidanan.
(Saifuddin, AB. 2002 : 376)

1.2. Rumusan masalah
1.2.1        ApaPengertianBayi Berat Lahir Rendah ?
1.2.2        BagaimanaEtiologiBayi Berat Lahir Rendah?
1.2.3        BagaimanaKarakteristikBayi Berat Lahir Rendah?
1.2.4        Bagaimana Faktor Predisposisi Bayi Berat Lahir Rendah?
1.2.5        BagaimanaPatofisiologi Bayi Berat Lahir Rendah?
1.2.6        BagaimanaDiagnosa dan Gejala Klinik Bayi Berat Lahir Rendah?
1.2.7        BagaimanaPermasalahan Bayi Berat Lahir Rendah?
1.2.8        Bagaimana Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah?
1.2.9        Bagaimana Prognosis Bayi Berat Lahir Rendah ?





1.3.Tujuan
                 1.3.1.      Tujuan umum
Dapat memberikan pengetahuan mengenai bayi berat lahir rendah,bagi tenaga kesehatan dan masyarakat sehingga dapat mencegah dan mengurangi kejadian tersebut
                 1.3.2.      Tujuan khusus
1)      UntukMengetahuiPengertianBayi Berat Lahir Rendah
2)      UntukMengetahuiEtiologiBayi Berat Lahir Rendah
3)      UntukMengetahuiKarakteristik Bayi Berat Lahir Rendah
4)      UntukMengetahuiFaktor Predisposisi Bayi Berat Lahir Rendah
5)      UntukMengetahuiPatofisiologi Bayi Berat Lahir Rendah
6)      UntukMengetahuiDiagnosa dan Gejala Klinik Bayi Berat Lahir Rendah
7)      UntukMengetahuiPermasalahan Bayi Berat Lahir Rendah
8)      UntukMengetahuiPenanganan Bayi Berat Lahir Rendah
9)      Untuk Mengetahui Prognosis Bayi Berat Lahir Rendah

1.4. Manfaat
                  1.4.1.      BagiTenagaKesehatan
Untuk memberikan gambaran kejadian Infeksi yang menyertai kehamilan dan persalinan sehingga dapat melakukan intervensi dan Asuhan yang tepat.           
                 1.4.2.      Bagi penulis
Untuk memberikan pengetahuan mengenai gambaran Bayi Berat Lahir Rendah sebagai tambahan studi.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1  PengertianBayi Berat Lahir Rendah
2.1.1.      Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan.Pada BBLR sering ditemui refleks menghisap atau menelan lemah,bahkan kadang-kadang tidak ada,bayi cepat lelah,saat menyusui sering tersedak atau malas menghisap,dll (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke III.2000).
2.1.2.      Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010)
2.1.3.      BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir < 1500 – 2499 gr(Saifuddin, AB. 2002 : 376)
2.1.4.      Menurut Saifuddin, AB (2002 : 376), BBLR dibedakan dalam
1.    Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500 gr
2.    Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gr
3.    Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000gr.

2.2  EtiologiBayi Berat Lahir Rendah
Menurut manuaba, IBG (1998 : 326), factor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm / BBLR adalah :
2.2.1        UntukbayI preterm penyebab
1). Dari ibu
1.    Toksemia gravidarum yaitu pre eklamsia
2.    Kelainan bentuk uterus (uterus bikornis, inkompeten servik)
3.    Tumor (mioma uteri)
4.    Ibu yang menderita penyakit, antara lain :
1)        Akut dengan gejala panas tinggi (tyfus abdominalis, malaria)
2)        Kronis (TBC, penyakit jantung, gromerulonefritis)
3)        Trauma pada masa kehamilan antara lain trauma fisik maupun trauma psikologis (stres)
5.    Usia ibu saat hamil < 20 tahun / > 35 tahun
6.    Plasenta (plasenta previa, solusi plasenta)
2)      Dari janin
1.    Inkontabilitas darah ibu dan janin
2.    Insufisiensi plasenta
3.    Infeksi (TORCH)
4.    Cacat bawaan
5.    KPD dan hidramnion
6.    Gemeli
2.2.2   UntukDismaturitas
1.    Faktor Ibu
1)   Hipertensi
2)   Penyakit ginjal kronik
3)   Perokok / peminum alcohol
4)   Penderita DM
5)   Gizi buruk
6)   Toksemia
2.    Faktor uterus dan plasenta
1)        Kelainan pembuluh darah
2)        Insersi tali pusat tidak normal
3)        Tranfusi dari kembar yang satu dengan yang lain
3.    Faktor janin
1)        Gemeli
2)        Kelainan kromosom
3)        Cacat bawaan
4)        Infeksi dalam kandungan
4.    Keadaan social ekonomi rendah

2.3      KARAKTERISTIK BBLR
Menurut Wiknjosastro, Hanifa (2005 : 777), karakteristik BBLR meliputi :
2.3.1   Prematur
Adalah bayi lahir dengan kehamilan < 37 minggu dan mempunyai BB sesuai dengan BB untuk masa kehamilan. Gambaran klinik sebagai berikut :
1.    BB < 2500 gr, PB 45 cm
2.    Lingkar kepala < 33 cm, lingkar dada < 30 cm
3.    Masa kehamilan < 37 minggu
4.    Kulit bayi tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak sub kutan kurang
5.    Kepala lebih besar daripada badan
6.    Obat hipotonik lemah
7.    Tangis lemah, pernapasan tidak teratur dan sering apnoe
8.    Reflek tonic neck lemah dan reflek morro pasif
9.    Pernapasan 45 – 50x / menit
10.                        Frekuensi nadi 100 – 140x / menit
2.3.2   Dismaturitas
Adalah bayi baru lahir mempunyai berat 2500 gr / kurang dengan umur kehamilan > 37 minggu. Komplikasi bayi dismaturitas :
1.    Aspirasi mekonium
2.    Jumlah Hb nya tinggi, sering diikuti dengan ikterus / kern ikterus
3.    Hipoglikemi disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya metabolism bayi
4.    Keadaan lain yang dapat terjadi asfiksia, perdarahan, hipotermi, caacat bawaan akibat kelainan kromosom
2.3.3        Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :
1.    Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.
 2. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
 2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK)



2.4      FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut manuaba, IBG (1998 : 327),faktor yang menyebabkan terjadinya persalinan preterm, antara lain :
2.4.1   Kebiasaan (merokok) dan pekerjaan yang melelahkan
2.4.2   Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati, 2010).  
1.      Faktor ibu
1)   Penyakit
(1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih. 
(2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
(3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2)   Ibu
  (1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
(2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
(3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3)          Keadaan sosial ekonomi 
(1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
(2) Aktivitas fisik yang berlebihan
(3) Perkawinan yang tidak sah
2.      Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3.      Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4.      Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

2.5      Patofisiologi Bayi Berat lahir Rendah
2.6      DIAGNOSA DAN GEJALA KLINIK
Menurut Mochtar, Rustam (1998 : 449), diagnose dan gejala klinik adalah :
2.6.1        Sebelum bayi lahir
1.    Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati
2.    Pembesaran uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan
3.    Pergerakan janin yang lebih lambat maupun kehamilan yang agak berlanjut
4.    Sering terjadi oligihidramnion, hiperemesis gravidarum, APB
5.    Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya
2.6.2        Setelah bayi lahir
1.      Bayi dengan retradasi pertumbuhan intrauterine
2.    Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
3.    Bayi small for date = bayi dengan retradasi pertumbuhan intrauterine
4.    Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat – alat dalam tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan pernapasan, infeksi

2.7      Permasalahan pada BBLR
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil (Surasmi, dkk., 2002).
2.7.1        Ketidakstabilan suhu tubuh Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan  otot- otot yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
2.7.2        Gangguan pernafasan Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflekbatuk, hisap, danmenelandapatmengakibatkanresikoterjadinyaaspirasi.
2.7.3        Imaturitas imunologis Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.  
2.7.4        Masalah gastrointestinal dan nutrisi Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.
2.7.5        Imaturitas hati Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
2.7.6        Hipoglikemi Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga dapat memicu timbulnya hipoglikemi.


2.8      PENANGANAN
Menurut Saifuddin, AB (2002 : 380), penanganan BBLR adalah :
2.8.1        Umum
1.    Mempertahankan suhu yang ketat
BBLSR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus stabil
2.    Mencegah infeksi yang ketat
BBLR sangat rentan terhadap infeksi
3.    Pengawasan ASI / nutrisi
Reflek menelan BBLR belum sempurna, pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat
4.    Penimbangan ketat
Perubahan BB mencerminkan kondisi gizi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh.

2.8.2   Dismaturitas
1.    Diberikan makanan dini (early feeding)
2.    Kadar gula harus diperiksa setiap 8 – 12 jam
3.    Frekuensi pernapasan pada 24 jam pertama
4.    Temperature harus dikelolah, jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur lebih rentan terhadap hipotermi
2.8.3   BBLSR / Prematur kecil
1.    Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain kering yang hangat dan pakai topi untuk mencegah kehilangan panas
2.    Jika pada riwayat ibu terdapat kemungkinan infeksi bakteri. Beri dosis pertama antibiotic Gentamicin 4 mg / kg BB (IM) atau Kendamicin dan Ampicilin 100 mg / kg BB (IM) atau Benzin Penicilin
2.8.4  Penatalaksanaan BBLR Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.  Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :
  1. Dukungan respirasi Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.
2. Termoregulasi Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C.     Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
 1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya.
2) Pemancar pemanas
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator Tabel :
Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat
Berat Bayi
Suhu inkubator (ºC) menurut umur
35ºC
34ºC
33ºC
32ºC
< 1500 gr
1-10 hari
11 hari – 3minggu
3-5 minggu
>5 minggu
1500-2000 gr

1-10 hari
11 hari-4 minggu
>4 minggu
2100-2500 gr

1-2 hari
3 hari- 3 minggu
>3minggu
>2500 gr


1-2 hari
>2hari
Bila jenis inkubatornya berdinding tanggal,naikkan suhu inkoubator 1ºC setiap perbedaan suhu 7ºC antara suhu ruang dan inkubator
3. Perlindungan terhadap infeksi Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain :
 1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci tangan terlebih dahulu. 
2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan. 
4. Hidrasi Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan. e. Nutrisi Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya. Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan keletihan. Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan. Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat diukur sebagai berikut (Jones, dkk., 2005). Kapasitas lambung berdasarkan umur Bayi baru lahir 10-20, 1 minggu 30-90, 2-3 mingu 75-100, 1 bulan 90-150, 3 bulan 150-200,dan 1 tahun 210-360.
5. Penghematan energi salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka pakaian. Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak. Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup. PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi.
6. Stimulasi Sensori Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan rangsang sentuhan.  Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea. h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari perawat. Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis emosional, antara lain dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru karena melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya. Dukungan lain yang dapat diberikan perawat adalah dengan  menginformasikan kepada orang tua mengenai kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh perawatan yang terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya.

Kematian perinatal pada bayi dengan BBLR 8x lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia. (Mochtar, Rustam. 1998 : 451)






BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
      Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan.Pada BBLR sering ditemui refleks menghisap atau menelan lemah,bahkan kadang-kadang tidak ada,bayi cepat lelah,saat menyusui sering tersedak atau malas menghisap,dll (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke III.2000).
Etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm / BBLR adalah dari faktor ibu, faktor janin dan dismaturitas.
Diagnosa dan gejala klinik dapat dianalisa pada saat  Sebelum bayi lahir dan juga setelah bayi lahir.
Permasalahan pada BBLR yang dapat terjadi yaitu ketidakstabilan suhu tubuh dalam kandungan ibu, gangguan pernafasan, imaturitas imunologi, masalah gastrointestinal dan nutrisi, imaturitas hati, dan hipoglikemi.
Dan penanganan yang dapat dilakukan antara lain mempertahankan suhu yang ketat, mencegah infeksi yang ketat, pengawasan ASI / nutrisi, dan penimbangan ketat.
3.2  Saran
1.1.1.      Bagi Mahasiswa
Mahasiswa hendaknya dapat mengimplikasi antara ilmu pengetahuan logika dan ilmu dalam melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidannan yang baik dan benar.
1.1.2.      Bagi Lahan Praktek
Dapat menyesuaikan antara teori dan praktek terutama dalam asuha kebidanan  pada BBL patologi dengan BBLR dan hipotermi, dapat meningkatkan layanan terutama dalam pencegah kematian neonatal..
1.1.3.      Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah wawasan tentang asuhan kebidanan dan dapat memperbanyak dan menggandakan sebagian fasilitas perpustakaan.



DAFTAR PUSTAKA
Dewi Vivian Nanny Lia.2011.ASUHAN NEONATUS BAYI DAN ANAKBALITA.Jakarta:Salemba Medika.
Behrman,Kliegman,Arvin.2000.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:EGC