DAFTAR ISI
BAB I :
PENDAHULUAN-----------------------------------------------------------------------------
1.1 Latar
Belakang ----------------------------------------------------------------------------
1.2 Rumusan
Masalah-------------------------------------------------------------------------
1.3 Tujuan--------------------------------------------------------------------------------------
BAB II :
ISI---------------------------------------------------------------------------------------------
2.1. PengertianBayi BeratLahirRendah---------------------------------------------------
2.2.
EtiologiBayiBeratLahirRendah---------------------------------------------------
2.4.PredisposisiBayiBeratLahirRendah----------------------------------------------
2.5.
PatofisiologiBayiBeratLahirRendah---------------------------------------------
2.6.DiagnosadangejalaklinikBayiBeratLahirRendah------------------------------
2.7.
PermasalahanBayiBeratLahirRendah-------------------------------------------
2.8.
PenangananBayiBeratLahirRendah---------------------------------------------
2.9.PrognosisBayiBeratLahirRendah-------------------------------------------------
BAB
III :
PENUTUP ---------------------------------------------------------------------------------
3.1. Kesimpulan---------------------------------------------------------------------------
3.2. Saran-----------------------------------------------------------------------------------
DaftarPustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
BBLR
adalah bayi lahir hidup dengan BB < 2500 gr saat lahir. WHO (1961) mengganti
istilah bayi premature dengan BBLR, karena disadari tidak semua bayi dengan BB
< 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi prematur.
Dalam
beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih
tingginya angka kematian perinatal dan neonatal, karena masih banyak bayi yang
dilahirkan dengan BB rendah. Frekuensi BBLR di negara maju berkisar antara
10–49%.
Anak
– anak yang pada saat lahir merupakan BBLR lebih sering mengalami masalah utama
seperti cerebral palsi, retradasi mental, ketidakmampuan sensori dan kognitif,
serta penurunan kemampuan untuk berhasil mengembangkan adaptasi social,
psikologi dan fisik terhadap lingkungan yang semakin kompleks. Maka dari itu
dibutuhkan asuhan kebidanan BBLR yang sesuai dengan standart profesi kebidanan.
(Saifuddin, AB. 2002 :
376)
1.2. Rumusan masalah
1.2.1
ApaPengertianBayi
Berat Lahir Rendah ?
1.2.2
BagaimanaEtiologiBayi
Berat Lahir Rendah?
1.2.3
BagaimanaKarakteristikBayi
Berat Lahir Rendah?
1.2.4
Bagaimana
Faktor Predisposisi Bayi Berat Lahir Rendah?
1.2.5
BagaimanaPatofisiologi
Bayi Berat Lahir Rendah?
1.2.6
BagaimanaDiagnosa
dan Gejala Klinik Bayi Berat Lahir Rendah?
1.2.7
BagaimanaPermasalahan
Bayi Berat Lahir Rendah?
1.2.8
Bagaimana Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah?
1.2.9
Bagaimana Prognosis Bayi Berat Lahir Rendah ?
1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan
umum
Dapat
memberikan pengetahuan mengenai bayi berat lahir rendah,bagi tenaga kesehatan
dan masyarakat sehingga dapat mencegah dan mengurangi kejadian tersebut
1.3.2. Tujuan
khusus
1) UntukMengetahuiPengertianBayi Berat Lahir Rendah
2) UntukMengetahuiEtiologiBayi Berat Lahir Rendah
3) UntukMengetahuiKarakteristik Bayi Berat Lahir Rendah
4) UntukMengetahuiFaktor
Predisposisi Bayi Berat Lahir Rendah
5) UntukMengetahuiPatofisiologi Bayi Berat Lahir Rendah
6) UntukMengetahuiDiagnosa dan
Gejala Klinik Bayi Berat Lahir Rendah
7) UntukMengetahuiPermasalahan Bayi Berat Lahir Rendah
8) UntukMengetahuiPenanganan Bayi Berat Lahir Rendah
9) Untuk Mengetahui Prognosis Bayi Berat Lahir Rendah
1.4. Manfaat
1.4.1.
BagiTenagaKesehatan
Untuk memberikan gambaran kejadian Infeksi yang
menyertai kehamilan dan persalinan sehingga dapat melakukan intervensi dan Asuhan yang
tepat.
1.4.2. Bagi penulis
Untuk memberikan pengetahuan mengenai gambaran Bayi Berat Lahir Rendah sebagai tambahan studi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PengertianBayi
Berat Lahir Rendah
2.1.1.
Bayi berat lahir rendah
adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan
umur kehamilan.Pada BBLR sering ditemui refleks menghisap atau menelan
lemah,bahkan kadang-kadang tidak ada,bayi cepat lelah,saat menyusui sering
tersedak atau malas menghisap,dll (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke
III.2000).
2.1.2. Bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi,
dkk., 2010)
2.1.3. BBLR
adalah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir < 1500 – 2499 gr(Saifuddin,
AB. 2002 : 376)
2.1.4. Menurut
Saifuddin, AB (2002 : 376), BBLR dibedakan dalam
1. Bayi
berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500 gr
2. Bayi
berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gr
3. Bayi
berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000gr.
2.2
EtiologiBayi
Berat Lahir Rendah
Menurut manuaba, IBG
(1998 : 326), factor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm /
BBLR adalah :
2.2.1
UntukbayI preterm penyebab
1). Dari
ibu
1. Toksemia
gravidarum yaitu pre eklamsia
2. Kelainan
bentuk uterus (uterus bikornis, inkompeten servik)
3. Tumor
(mioma uteri)
4. Ibu
yang menderita penyakit, antara lain :
1)
Akut dengan gejala
panas tinggi (tyfus abdominalis, malaria)
2)
Kronis (TBC, penyakit
jantung, gromerulonefritis)
3)
Trauma pada masa
kehamilan antara lain trauma fisik maupun trauma psikologis (stres)
5. Usia
ibu saat hamil < 20 tahun / > 35 tahun
6. Plasenta
(plasenta previa, solusi plasenta)
2)
Dari janin
1. Inkontabilitas
darah ibu dan janin
2. Insufisiensi
plasenta
3. Infeksi
(TORCH)
4. Cacat
bawaan
5. KPD
dan hidramnion
6. Gemeli
2.2.2
UntukDismaturitas
1. Faktor
Ibu
1) Hipertensi
2) Penyakit
ginjal kronik
3) Perokok
/ peminum alcohol
4) Penderita
DM
5) Gizi
buruk
6) Toksemia
2. Faktor
uterus dan plasenta
1)
Kelainan pembuluh darah
2)
Insersi tali pusat
tidak normal
3)
Tranfusi dari kembar
yang satu dengan yang lain
3. Faktor
janin
1)
Gemeli
2)
Kelainan kromosom
3)
Cacat bawaan
4)
Infeksi dalam kandungan
4. Keadaan
social ekonomi rendah
2.3
KARAKTERISTIK
BBLR
Menurut Wiknjosastro,
Hanifa (2005 : 777), karakteristik BBLR meliputi :
2.3.1
Prematur
Adalah
bayi lahir dengan kehamilan < 37 minggu dan mempunyai BB sesuai dengan BB
untuk masa kehamilan. Gambaran klinik sebagai berikut :
1. BB
< 2500 gr, PB 45 cm
2. Lingkar
kepala < 33 cm, lingkar dada < 30 cm
3. Masa
kehamilan < 37 minggu
4. Kulit
bayi tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak sub kutan kurang
5. Kepala
lebih besar daripada badan
6. Obat
hipotonik lemah
7. Tangis
lemah, pernapasan tidak teratur dan sering apnoe
8. Reflek
tonic neck lemah dan reflek morro pasif
9. Pernapasan
45 – 50x / menit
10.
Frekuensi nadi 100 –
140x / menit
2.3.2
Dismaturitas
Adalah
bayi baru lahir mempunyai berat 2500 gr / kurang dengan umur kehamilan > 37
minggu. Komplikasi bayi dismaturitas :
1. Aspirasi
mekonium
2. Jumlah
Hb nya tinggi, sering diikuti dengan ikterus / kern ikterus
3. Hipoglikemi
disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya metabolism
bayi
4. Keadaan
lain yang dapat terjadi asfiksia, perdarahan, hipotermi, caacat bawaan akibat
kelainan kromosom
2.3.3
Ada
beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :
1. Menurut
harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir
rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2)
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1500 gram.
3)
Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000
gram.
2. Menurut masa gestasinya
1)
Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat
badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK)
2.4
FAKTOR
PREDISPOSISI
Menurut
manuaba, IBG (1998 : 327),faktor yang menyebabkan terjadinya persalinan
preterm, antara lain :
2.4.1 Kebiasaan
(merokok) dan pekerjaan yang melelahkan
2.4.2 Beberapa
penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati,
2010).
1. Faktor
ibu
1) Penyakit
(1)
Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi
berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
(2)
Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
(3) Penyalahgunaan
obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
(1) Angka kejadian prematitas tertinggi
adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
(2) Jarak kelahiran yang terlalu
dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
(3) Mempunyai riwayat BBLR
sebelumnya.
3)
Keadaan sosial ekonomi
(1)
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
(2)
Aktivitas fisik yang berlebihan
(3)
Perkawinan yang tidak sah
2. Faktor
janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor
plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
4. Faktor
lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
2.5
Patofisiologi
Bayi Berat lahir Rendah
2.6
DIAGNOSA
DAN GEJALA KLINIK
Menurut
Mochtar, Rustam (1998 : 449), diagnose dan gejala klinik adalah :
2.6.1
Sebelum bayi lahir
1. Pada
anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir
mati
2. Pembesaran
uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan
3. Pergerakan
janin yang lebih lambat maupun kehamilan yang agak berlanjut
4. Sering
terjadi oligihidramnion, hiperemesis gravidarum, APB
5. Pertambahan
berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya
2.6.2
Setelah bayi lahir
1. Bayi
dengan retradasi pertumbuhan intrauterine
2. Bayi
premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
3. Bayi
small for date = bayi dengan retradasi pertumbuhan intrauterine
4. Bayi
premature kurang sempurna pertumbuhan alat – alat dalam tubuhnya, karena itu
sangat peka terhadap gangguan pernapasan, infeksi
2.7
Permasalahan
pada BBLR
BBLR memerlukan
perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang banyak sekali pada sistem
tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil (Surasmi, dkk., 2002).
2.7.1
Ketidakstabilan suhu
tubuh Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan
segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih
rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi.
Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan
kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot- otot yang belum cukup memadai,
ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas
berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf
pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding
berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
2.7.2
Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi
yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflekbatuk, hisap,
danmenelandapatmengakibatkanresikoterjadinyaaspirasi.
2.7.3
Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta
selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi kekebalan dari
ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis
dan pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir
membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi
mudah menderita infeksi.
2.7.4
Masalah
gastrointestinal dan nutrisi Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas
usus yang menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut
dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya
cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya
resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak
adekuat dan penurunan berat badan bayi.
2.7.5
Imaturitas hati Adanya
gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan timbulnya hiperbilirubin,
defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi perdarahan. Kurangnya enzim
glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk belum sempurna dan
kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke
hepar berkurang.
2.7.6
Hipoglikemi Kecepatan
glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena
terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian
glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula darah selama
72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang
belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena
stress dingin akan direspon bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga
kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan
menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih
banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan
pemasukan kalori yang rendah juga dapat memicu timbulnya hipoglikemi.
2.8
PENANGANAN
Menurut
Saifuddin, AB (2002 : 380), penanganan BBLR adalah :
2.8.1
Umum
1. Mempertahankan
suhu yang ketat
BBLSR
mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus stabil
2. Mencegah
infeksi yang ketat
BBLR
sangat rentan terhadap infeksi
3. Pengawasan
ASI / nutrisi
Reflek
menelan BBLR belum sempurna, pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat
4. Penimbangan
ketat
Perubahan BB
mencerminkan kondisi gizi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh.
2.8.2 Dismaturitas
1. Diberikan
makanan dini (early feeding)
2. Kadar
gula harus diperiksa setiap 8 – 12 jam
3. Frekuensi
pernapasan pada 24 jam pertama
4. Temperature
harus dikelolah, jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur lebih rentan
terhadap hipotermi
2.8.3 BBLSR
/ Prematur kecil
1. Pastikan
bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain kering yang hangat dan
pakai topi untuk mencegah kehilangan panas
2. Jika
pada riwayat ibu terdapat kemungkinan infeksi bakteri. Beri dosis pertama
antibiotic Gentamicin 4 mg / kg BB (IM) atau Kendamicin dan Ampicilin 100 mg /
kg BB (IM) atau Benzin Penicilin
2.8.4 Penatalaksanaan BBLR Konsekuensi dari anatomi
dan fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami
masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan
untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR
meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :
1. Dukungan respirasi Tujuan primer dalam
asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan mempertahankan respirasi. Banyak
bayi memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa
penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada
BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi
seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan,
diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin
karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen
diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat
memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.
2.
Termoregulasi Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas
pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses
kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi
harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk
konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu
aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut
Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C. Menghangatkan dan mempertahankan suhu
tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan
kulit antara bayi dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang
lain sebagai penggantinya.
2)
Pemancar pemanas
3)
Ruangan yang hangat
4) Inkubator Tabel :
Suhu
inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat
Berat Bayi
|
Suhu inkubator (ºC)
menurut umur
|
|||
35ºC
|
34ºC
|
33ºC
|
32ºC
|
|
< 1500 gr
|
1-10 hari
|
11 hari –
3minggu
|
3-5 minggu
|
>5 minggu
|
1500-2000 gr
|
1-10 hari
|
11 hari-4 minggu
|
>4
minggu
|
|
2100-2500 gr
|
1-2 hari
|
3 hari- 3
minggu
|
>3minggu
|
|
>2500 gr
|
1-2 hari
|
>2hari
|
Bila
jenis inkubatornya berdinding tanggal,naikkan suhu inkoubator 1ºC setiap
perbedaan suhu 7ºC antara suhu ruang dan inkubator
3.
Perlindungan terhadap infeksi Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian
integral asuhan semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit.
Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan
denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara
lain :
1) Semua orang yang akan mengadakan kontak
dengan bayi harus melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
2)
Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur.
Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
3)
Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang
perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk memakai
alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk mencegah
penularan.
4.
Hidrasi Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada
bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi
cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan
tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi
preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka
terhadap kehilangan cairan. e. Nutrisi Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam
manajemen bayi BBLR tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran
dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral
atau dengan kombinasi keduanya. Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan
kesabaran dalam pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme
oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat.
Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam
menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu
harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi
oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan
keletihan. Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan,
dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi
oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi
dapat diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas lambung bayi prematur
sangat terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan.
Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat diukur sebagai berikut (Jones, dkk.,
2005). Kapasitas lambung berdasarkan umur Bayi baru lahir 10-20, 1 minggu
30-90, 2-3 mingu 75-100, 1 bulan 90-150, 3 bulan 150-200,dan 1 tahun 210-360.
5.
Penghematan energi salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah
menghemat energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang
dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya membutuhkan
popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak
perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka
pakaian. Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas bernafas,
minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan
cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga
bayi dapat beristirahat lebih banyak. Posisi telungkup merupakan posisi terbaik
bagi bayi preterm dan menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih
menoleransi makanan, pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan
aktivitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.
PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur bayi akan lebih
lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga mengurangi penggunaan energi oleh
bayi.
6.
Stimulasi Sensori Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang
khusus. Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan
dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan
volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan
stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari
orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi.
Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan rangsang sentuhan. Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat
diberikan selama PMK karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk
mengusap dengan lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan
memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori motorik,
pendengaran, dan mencegah periodik apnea. h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan membuat
stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya memiliki kecemasan
terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus
mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin
juga merasa bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan
marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari perawat.
Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis
emosional, antara lain dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat,
menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui
metode kanguru karena melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat
ibu merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya. Dukungan lain
yang dapat diberikan perawat adalah dengan
menginformasikan kepada orang tua mengenai kondisi bayi secara rutin
untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh perawatan yang terbaik dan
orang tua selalu mendapat informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya.
Kematian perinatal pada bayi dengan
BBLR 8x lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis
akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi
terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal
seperti asfiksia. (Mochtar, Rustam. 1998 : 451)
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan.Pada BBLR sering
ditemui refleks menghisap atau menelan lemah,bahkan kadang-kadang tidak
ada,bayi cepat lelah,saat menyusui sering tersedak atau malas menghisap,dll
(Kapita Selekta Kedokteran edisi ke III.2000).
Etiologi
yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm / BBLR adalah dari faktor
ibu, faktor janin dan dismaturitas.
Diagnosa
dan gejala klinik dapat dianalisa pada saat
Sebelum bayi lahir dan juga setelah bayi lahir.
Permasalahan
pada BBLR yang dapat terjadi yaitu ketidakstabilan suhu tubuh dalam kandungan
ibu, gangguan pernafasan, imaturitas imunologi, masalah gastrointestinal dan nutrisi,
imaturitas hati, dan hipoglikemi.
Dan
penanganan yang dapat dilakukan antara lain mempertahankan suhu yang ketat, mencegah infeksi yang ketat, pengawasan ASI / nutrisi, dan penimbangan ketat.
3.2 Saran
1.1.1. Bagi
Mahasiswa
Mahasiswa
hendaknya dapat mengimplikasi antara ilmu pengetahuan logika dan ilmu dalam
melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidannan yang baik dan benar.
1.1.2. Bagi
Lahan Praktek
Dapat
menyesuaikan antara teori dan praktek terutama dalam asuha kebidanan pada BBL patologi dengan BBLR dan hipotermi,
dapat meningkatkan layanan terutama dalam pencegah kematian neonatal..
1.1.3. Bagi
Institusi Pendidikan
Dapat menambah
wawasan tentang asuhan kebidanan dan dapat memperbanyak dan menggandakan
sebagian fasilitas perpustakaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewi Vivian
Nanny Lia.2011.ASUHAN NEONATUS BAYI DAN
ANAKBALITA.Jakarta:Salemba Medika.
Behrman,Kliegman,Arvin.2000.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar